Sunday, October 23, 2011

Aqidah


A.    PENGERTIAN TEOLOGI
1.       Menurut William L. Resse, Teologi berasal dari bahasa Inggris yaitu Theology adalah Pemikiran tentang ketuhanan.
2.      Menurut William Ockham, Teologi adalah Disiplin ilmu yang membicarakan kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan.
3.      Menurut Ibnu Kaldun, Teologi adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah iman yang diperkuat dalil-dalil rasional.
Jadi, Teologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang membicarakan Tuhan dan hubungannya dengan alam dan manusia.
B.     SEJARAH TIMBULNYA PERSOALAN-PERSOALAN TEOLOGI DALAM ISLAM
Timbulnya aliran-aliran teologi Islam tidak terlepas dari fitnah-fitnah yang beredar setelah wafatnya Rasulullah Saw. Setelah Rasulullah Saw wafat peran sebagai kepala Negara digantikan oleh para sahabat-sahabatnya, yang disebut khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun, ketika pada masa Utsman bin Affan mulai timbul adanya perpecahan antara umat Islam yang disebabkan oleh banyaknya fitnah yang timbul pada masa itu. Sejarah mencatat, akibat dari banyaknya fitnah yang timbulkan pada masa itu menyebabkan perpecahan pada umat Islam, dari masalah politik sampai pada masalah teologis.
Pertama yang diperselisihkan ialah soal “Imamah” (pimpinan kaum muslimin) dan syarat-syaratnya, serta siapa yang berhak memegangnya. Golongan Syiah (pengikut Ali r.a.) memonopolikan Imamah tersebut kepada Ali r.a. dan keturunan-keturunannya, sedangkan golongan Khawarij dan Mu’tazilah menganggap, bahwa orang yang berhak memangku jabatan Imamah ialah orang yang baik dan paling cakap, meskipun ia budak berlian atau bukan orang Arab (Quraisy). Dalam pada itu, menurut mayoritas kaum muslimin, yang pendapatnya moderate, yang berhak memangku jabatan tersebut ialah orang yang paling cakap dari golongan Quraisy, karena Rasul sendiri mengatakan : “Iman-iman terdiri dari orang Quraisy”.
Setelah terjadi pembunuhan atas diri Usman r.a. (th. 655 M), timbul perselisihan yang lain yaitu sekitar persoalan dosa besar, apa hakekatnya dan bagaimana hukum orang yang mengerjakannya. Apa yang dimaksudkan dengan dosa besar mula-mula ialah pembunuhan tersebut. Kelanjutannya, sudah barang tentu ialah perselisihan tentang Iman, apa pengertian dan bagaimana batasnya, serta pertaliannya dengan perbuatan lahir. Perselisihan ini telah menimbulkan golongan-golongan Khawarij, Murjiah dan kemudian lagi golongan Mu’tazilah.
Dengan demikian, maka perselisihan dalam soal dosa besar (pembunuhan) sudah bercorak agama yang sebelumnya masih bercorak politik dan kemudian menjadi pembicaraan yang penting dalam Theology Islam, sebagaimanaa halnya dengan soal khilafat, dan imamah, sedang soal-soal ini sebenarnya lebih tepat kalau dimasukkan dalam ilmu fiqih, karena bertalian dengan hukum amalan lahir, bukan dalam bidang kepercayaan.
Akan tetapi karena pendapat beberapa golongan islam dalam soal-soal tersebut hampir-hampir membawa mereka keluar dari dasar-dasar agama islam, maka Ulama-ulama Theology Islam memasukkan soal-soal tersebut kedalam pembahasan Theology islam, agar bissa dibahas sebaik-baiknya, lepas dari rasa fanatik dan penguasaan hawa nafsu dan agar bisa jelas batas-batas antara yang benar dan yang  salah, untuk menjaga kemurnian kepercayaan agama.
C.     ALIRAN-ALIRAN TEOLOGI DALAM ISLAM
1.      ALIRAN MURJI'AH
Aliran Murji'ah adalah aliran Islam yang muncul dari golongan yang tak sepaham dengan Khowarij. Ini tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan Khowarij. Pengertian murji'ah sendiri ialah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak. Jadi, mereka tak mengkafirkan seorang Muslim yang berdosa besar, sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT, sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai Muslim dan punya harapan untuk bertobat. Secara garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji'ah adalah:
a.       Pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini tak dituntut membuktikan keimanan dalam perbuatan sehari-hari. Ini merupakan sesuatu yang janggal dan sulit diterima kalangan Murjites sendiri, karena iman dan amal perbuatan dalam Islam merupakan satu kesatuan.
b.      Selama meyakini 2 kalimah syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar tak dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, artinya hanya Allah yang berhak menjatuhkannya di akhirat.
Tokoh utama aliran ini ialah Hasan bin Bilal Muzni, Abu Sallat Samman, dan Diror bin 'Umar. Dalam perkembangan selanjutnya, aliran ini terbagi menjadi kelompok moderat (dipelopori Hasan bin Muhammad bin 'Ali bin Abi Tholib) dan kelompok ekstrem (dipelopori Jaham bin Shofwan).
2.      ALIRAN KHAWARIJ
Secara Etimologi Bahasa Arab Khawarij adalah bentuk jama` dari khoorij dan Korij adalah kata turunan dari khuruj sedangkan khuruj secara etimologi Arab mengandung beberapa makna, diantaranya:
a.       Hari Kiamat . berkata Abu Ubadah dalam menafsirkan firman Allah : (Yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya itulah hari keluar (dari kubur). (QS. 50:42) khuruj adalah nama dari nama-nama hari qiamat.
b.      Kebangkitan dari kubur pada hari qiamat sebagaimana dalam firman Allah : “sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan” (QS. 54:7).
Sebab-sebab munculnya khawarij:
Di antara faktor-faktor dan sebab-sebab penting kemunculan kelompok khawarij adalah:
1)      Perseteruan sekitar masalah khilafah. Kemungkinan ini merupakan sebab yang paling kuat dalam kemunculan Khawarij dan pemberontakan mereka, karena mereka memiliki pandangan yang khusus dan keras dalam hal ini,sehingga menganggap penguasa yang ada pada waktu itu tidak berhak menjadi kholifah bagi kaum muslimin ditambah juga dengan keadaan politik yang tidak menentu yang membuat mereka berani untuk memberontak terhadap para penguasa dan ketidak sukaan mereka terhadap orang-orang Quraisy,apalagi mereka menganggap bahwa perselisihan antara Ali dengan Muawiyah adalah perselisihan memperebutkan kursi kekhilafahan
2)      Permasalahan tahkim. inipun menjadi sebab yang kuat dari pemberontakan dan kemunculan Khawaarij, karena mereka mengkafirkan Ali lantaran keridhoan beliau terhadap perkara ini
3)      Kedzaliman para penguasa dan tersebarnya kemungkaran yang banyak dikalangan manusia. Demikianlah slogan dan propaganda mereka dalam khutbah-khutbah dan tulisan-tulisan mereka untuk mengambil simpati umat islam dengan mengatakan bahwa para penguasa telah berbuat kedzoliman dan kemaksiatan telah menyebar dan merebak pada masyakat yang ada sehingga perlu mencegahnya,akan tetapi pada hakikatnya apa yang mereka lakukan dengan memberontak terhadap penguasa itu lebih besar dari pada kemungkaran dan kedzoliman yang ada,karena mereka menganggap bahwa membunuh orang yang menyelisihi mereka merupakan satu ketaatan yang bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah dan menganggap semua penguasa mulai dari Ali kemudian Bani Umayah dan Abasiyah adalah dzolim tanpa klarifikasi dan kehati-hatian.
4)      Faktor ekonomi,ini dapat dilihat dari kisah Dzul Khuwaishiroh bersama Rasulullah dan kudeta berdarahnya mereka terhadap Utsman, ketika mereka merampas dan merampok harta baitul-mal langsung setelah membunuh Utsman, demikian juga dendam mereka terhadap Ali dalam perang jamal, ketika Ali melarang mereka mengambil wanita dan anak-anak sebagai budak rampasan hasil perang sebagimana perkataan mereka terhadap Ali: Awal yang membuat kami dendam padamu adalah ketika kami berperang bersamamu di hari peperangan jamal, dan pasukan jamal kalah, engkau membolehkan kami mengambil apa yang kami temukan dari harta benda dan engkau mencegah kami dari mengambil wanita-wanita mereka dan anak-anak mereka.
5)      Semangat keagamaan. Ini pun merupakan satu penggerak mereka untuk keluar memberontak dari penguasa yang absah.
3.      Mu’tazilah
Mu’tazilah digambarkannya ssebagai “kaum yang membikin heboh dunia islam selama 300 tahun abad-abad permulaan islam, pernah membunuh beribu ulama-ulama, banyak mempergunakan aqal dan lebih mengutamakan aqal, bukan mengutamakan Quran dan Hadis. Selanjutnya sebutan Mu’tazilah juga diberi konotasi sebagai kaum yang tergelincir dalam arti yang sebenarnya.

 DAFTAR PUSTAKA
A.Hanafi.M.A.1980.Pengantar Theology Islam.Jakarta:Pustaka Al-Husna
Drs.Abdul Aziz Dahlan.1987.Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Islam.Jakarta: PT.Beunebi Cipta
M.Yunan Yusuf,Teologi Muhammadiyah, IKIP Muhammadiyah Jakarta,1995
A.Munir Mulkan,Masalah Teologi dan Fiqih dalam Tarjih,Yogyakarta,1997
www.google.com

Saturday, October 22, 2011

Perencanaan & Pengawasan


BAB I
PENDAHULUAN


1.1      Latar Belakang

Perencanaan adalah suatu  proses pengembangan dan pengkoordinasian secara menyeluruh dari apa yang sudah ada sekarang untuk menjadi lebih baik agar dapat  mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Ada empat perencanaan, yaitu untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial, untuk mengurangi ketidakpastian, untuk meminimalisir pemborosan, dan untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian.
Adapun fungsi perencanaan yang dilihat dari empat aspek, yaitu Kontribusi pada tujuan, keutamaan perencanaan, penembusan rencana, dan efisiensi perencanaan.
Perencanaan terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu sendiri (plan).
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi.Sasaran sering pula disebut tujuan.
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwa, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya.
Kegagalan beberapa manajer untuk mengenali berbagai macam rencana seringkali menyebabkan kesulitan / hambatan dalam membuat perencanaan yang efektif. Tipe – tipe rencana diklasifikasikan menjadi beberapa macam antara lain : tujuan atau misi, obyek, strategi, kebijakan, prosedur, peraturan, program dan dana.
Didalam kebijakan sering terjadi kesalahpahaman,oleh karena itu,harus dibuat proses manajemen yang menarik. Contohnya : Memberikan penyediaan, Hiburan, Bekerja diluar lapangan, dan Penghargaan.

1.2      Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian yaitu:

1.2.1        Untuk mengetahui definisi Perencanaan.
1.2.2        Untuk mengetahui elemen-elemen Perencanaan.
1.2.3        Untuk mengetahui bagaimana Perencanaan di dalam organisasi.
1.3      Rumusan Masalah

Pada permasalahan ini kami akan menjabarkan pokok-pokok pembahasan :                 

1.3.1        Definisi Perencanaan
1.3.2        Tujuan Perencanaan
1.3.3        Tipe-tipe Perencanaan.

1.4      Metode Penulisan

1.4.1        Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan makalah ini, kami berusaha untuk memperoleh data dan informasi dari berbagai sumber dan dalam proses pencarian data serta informasi, kami menggunakan metode sebagai berikut:

1.4.2        Metode Study Pustaka

Dalam metode ini, kami mencari informasi di berbagai buku yang ada di perpustakaan.
1.5      Sistematika Kerja

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakana
1.2  Tujuan Penulis
1.3  Rumusan Maalah
1.4  Metode Penulisan
1.5  Sistematika Penulisan
 BAB II PEMBAHASAN
2.1   Definisi Perencanaan
2.2   Tujuan Perencanaan
2.3   Fungsi Perencanaan
2.4   Elemen Perencanaan
2.5   Tipe-tipe Perencanaan
BAB III PENUTUP
3.1      Kesimpulan
3.2      Saran
 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses yang melibatkan penentuan sasaran atau tujuan organisasi, menyusun strategi yang menyeluruh untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, dan mengembangkan hierarki rencana secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan. Maksud dari perencanaan adalah untuk memberikan arah, mengurangi dampak perubahan, memperkecil pemborosan, dan untuk menentukan standar yang digunakan dalam pengendalian (Robbins dan Coulter, 1999, p200).
Perencanaan juga merupakan sebuah analisis yang menyeluruh dan sistematis dalam mengembangkan sebuah rencana kegiatan (Ward, 2002, p69).
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Jadi dapat disimpulkan, perencanaan adalah suatu  proses pengembangan dan pengkoordinasian secara menyeluruh dari apa yang sudah ada sekarang untuk menjadi lebih baik agar dapat  mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
2.2       Tujuan Perencanaan
Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan empat tujuan perencanaan yaitu :
1.        Untuk memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.
2.        Untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.
3.        Untuk meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.
4.        Untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian.
Proses pengevaluasian atau evaluating adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana, manajer tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan.
Selain keempat hal tersebut, sebagian besar studi menunjukan adanya hubungan antara perencanaan dengan kinerja perusahaan.
2.3       Fungsi perencanaan
Fungsi perencanaan dapat dilihat dari 4 aspek utama:
1.              Kontribusi pada tujuan.
Tujuan semua perencanaan adalah memfasilitasi perusahaan dalam mencapai semua tujuannya. Merupakan prinsip utama dalam mencapai tujuan bersama perusahaan.
2.              Keutamaan perencanaan.
Perencanaan adalah perintah yang berfungsi untuk melakukan eksekusi berjalannya fungsi manajemen. Walaupun perencanaan juga bersifat aksi, tapi juga bisa menunjang tujuan bersama perusahaan. Selain itu perencanaan harus dibuat sebelum fungsi manajemen yang lain. Tentu saja semua fungsi harus juga direncanakan agar berjalan secara efektif.
Perencanaan dan pengawasan tidak bisa dipisahkan. Kegiatan yang tidak direncanakan tidak dapat direncanakan, kontrol mengikuti jalur – jalur yang ada pada perncanaan.
 3.              Penembusan rencana.
Perencanaan merupakan fungsi dari manajer, meskipun karakter dan pelaksanaannya dari perencanaan bermacam – macam tergantung dengan otoritas dan kebijakan alami serta dibatasi oleh kekuatan. Hal tersebut secara virtual tidak mungkin untuk membatasi dari lingkupan pilihan perencanaan.
Pengenalan terhadap penembusan perencaaan melangkah jauh dalam mengklarifikasi pada bagian dari sejumlah siswa yang mempelajari ilmu manajemen menuju pembedaan antara pembuatan kebijakan (penyiapan penuntun untuk berfikir dalam membuat keputusan) dan pekerja administrasi, atau antara manajer dan pekerja administrasi atau pengawas. dikarenakan delegasi autoritas atau posisinya dalam organisasi, mungkin membutuhkan lebih banyak perencanaan atau perencanaan yang lebih penting dibandingkan yang lain, atau perencanaannya mungkin lebih mendasar dan lebih aplikatif pada porsi yang luas terhadap perusahaan / swasta dibanding terhadap yang lain. Bagaimanapun juga, semua rencana manajer - dari presiden hingga pengawas -. dibatasi oleh prosedur – prosedur garis pandu yang jelas dan tegas.
 4.              Efisiensi perencanaan.
Efisiensi terhadap rencana diukur menurut kontribusi sejumlah rencana terhadap beberapa tujuan dan obyektivitas sebagai hasil dari pengeluaran biaya dan kosekuensi lain yang diperlukan untuk merumuskan dan menjalankannya. Konsep efisiensi ini mempunyai implikasi terhadap rasio normal daripada pemasukan dan pengeluaran.
Banyak manajer memiliki berbagai recana yang mungkin tidak efisien jika biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada hasil yang dicapai. Rencana mungkin juga tidak efisien dalam mencapai obyek bila membahayakan kepentingan/kepuasan kelompok.
2.4       Elemen perencanaan
Perencanaan terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu sendiri (plan).
 1.       Sasaran.
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi.Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang dapat digunakan organisasi untuk mencapai sasarannya. Pendekatan pertama disebut pendekatan tradisional. Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya itu kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang yang tahu segalanya karena mereka telah melihat gambaran besar perusahaan. Kesulitan utama terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan. Seringkali, atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti "tingkatkan kinerja," "naikkan profit," atau "kembangkan perusahaan," sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi maksud sasaran itu (lihat gambar).
Pendekatan kedua disebut dengan management by objective atau MBO. Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan karyawan bersama-sama membuat sasaran-sasaran yang ingin mereka capai. Dengan begini, karyawan akan merasa dihargai sehingga produktivitas mereka akan meningkat. Namun ada beberapa kelemahan dalam pendekatan MBO. Pertama, negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya tanpa memedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga yang bilang MBO hanyalan sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.
2.       Rencana.
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwa, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya. Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan rencana operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku di seluruh lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan jangka waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu tahun. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time frame.
Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana direksional dan rencana spesifik. Rencana direksional adalah rencana yang hanya memberikan guidelines secara umum, tidak mendetail. Misalnya seorang manajer menyuruh karyawannya untuk "meningkatkan profit 15%." Manajer tidak memberi tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai 15% itu. Rencana seperti ini sangat fleksibel, namun tingkat ambiguitasnya tinggi. Sedangkan rencana spesifik adalah rencana yang secara detail menentukan cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Selain menyuruh karyawan untuk "meningkatkan profit 15%," ia juga memberikan perintah mendetail, misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi biaya, dan lain-lain.
Terakhir, rencana dibagi berdasarkan frekuensi penggunannya, yaitu single use atau standing. Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk dilaksanakan satu kali saja. Contohnya adalah "membangun 6 buah pabrik di China atau "mencapai penjualan 1.000.000 unit pada tahun 2006." Sedangkan standing plans adalah rencana yang berjalan selama perusahaan tersebut berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur, peraturan, kebijakan, dan lain-lain.
2.5       Tipe – tipe Rencana
Kegagalan beberapa manajer untuk mengenali berbagai macam rencana seringkali menyebabkan kesulitan / hambatan dalam membuat perencanaan yang efektif. Tipe – tipe rencana diklasifikasikan menjadi beberapa macam antara lain : tujuan atau misi, obyek, strategi, kebijakan, prosedur, peraturan, program dan dana.
1.  Tujuan atau Misi
Bila diartikan secara menyeluruh, setiap macam kelompok organisasi dalam operasinya memiliki setidaknya tujuan atau misi menurut bidangnya masing – masing. Kadang – kadang sulit dibedakan antara tujuan dan misi. Adalah nyata bahwa pada beberapa bisnis atau perusahaan sulit membedakan secara spesifik antara tujuan dan misi. Sangat sulit untuk mendefinisikan secara jelas tujuan atau misi yang diperlukan dalam usaha memformulasikan obyek yang direncanakan. Beberapa pebisnis tidak pernah menentukan secara jelas apa tujuan dan misi bisnis atau organisasi mereka. Kebanyakan para pebisnis kesulitan untuk menjawab pertanyaan, kita mempunyai bisnis apa dan apa yang seharus nya kita lakukan
Pendekatan – pendekatan yang benar sangat diperlukan, pertama mereka menentukan siapakah pelanggan mereka dan apa harapan mereka ? Dasar dari obyek adalah menyelesaikan aktivitas, pada sasaran yang tepat, pencapaian gol dan penyelesaian misi.
2.               Obyek atau Gol
Obyek tidak hanya penentuan dari titik akhir perencanaan, tetapi juga tujuan akhir dari pengorganisasian, staff, kepemimpinan dan pengontrolan. Obyek perusahaan mendasari obyek dari rencana firma, departement mungkin juga memiliki obyek. Gol yang mereka capai secara alami harus memberikan kontribusi kepada obyek perusahaan, akan tetapi gol antara perusahaan dan departemen mungkin berbeda.
 3.  Strategi
Strategi seringkali merupakan program umum dari aksi dan berimplikasi terhadap penekanan dan sumber daya untuk mencapai obyek. Antoni mengartikannya sebagai proses memutuskan / menentukan obyek dari sebuah organisasi, pada perubahan terhadap beberapa obyek, pada sumber daya untuk mencapai obyek dan pada kebijakan yang digunakan sebagai perintah, menggunakan dan memindahkan sumber daya. Chandler mengartikan strategi sebagai determinasi daripada dasar jangka panjang gol dan obyek perusahaan, serta mengadopsi kursus – kursus aksi dan penempatan dari sumber daya yang diperlukan untuk mencapai gol.
Tujuan dari strategi adalah menentukan dan mengkomunikasikan, melalui sistem – sistem tentang tujuan yang utama dari obyek dan kebijakan. Mereka tidak menentukan garis batasan yang jelas bagaimana perusahaan mencapai obyek. Tetapi mereka memberikan gambaran kerja yang jelas sebagai pemandu perusahaan untuk berpikir dan beraksi. Gambaran ini sangat digunakan dalam pelaksanaan dan penting untuk memandu rencana yang dilakukan.
4.  Kebijakan
Kebijakan adalah suatu aturan tertulis hasil keputusan formal organisasi,yang mengatur nilai perilaku seluruh komponan dalam organisasi.
Didalam kebijakan sering terjadi kesalahpahaman,oleh karena itu,harus dibuat proses manajemen yang menarik.
Contohnya :
a.          Memberikan penyediaan.
b.         Hiburan.
c.          Bekerja diluar lap.
d.         Penghargaan.
Tahapan kebijakan agar menjadi sukses yakni melalui:Presiden(pimpinan) Lingkup kekuasaan presiden Lingkup manajer.
 5.  Prosedur
Prosedur adalah rencana yang digunakan sebagai metode untuk aktivitas yang akan dilakukan kedepannya.
6.  Peraturan
Peraturan adalah rencana yang digunakan untuk melengkapi aksi/tindakan seperti rencana lain,pilihan dari alternatif lain.aturan seharusnya dibuat dengan hati-hati untuk menjalankan kebijakan dan aturan tersebut bersifat mengikat untuk mencapai suatu tata nilai baru.
7.  Program-program
Program-program adalah tujuan yang rumit, mengawasi, cara-cara,peraturan, memberikan tugas, langkah-langkah yang dilakukan, respek untuk bekerja, dan kebutuhan elemen lain untuk mendapatkan jalan keluar dari tindakan.
Jarang ditemukan program dari banyak kepentingan usaha direncanakan berada pada dirinya sendiri.Ini biasanya sebuah bagian sistem komplek dari program-program, bergantung diatas dan mempengaruhi yang lainnya. Saling ketergantungan ini dari bagian-bagian membuat perencanaan sangat sulit. Hasil dari kemiskinan atau diantara program ketrgantungan jarang dipisahkan, untuk rencana yaitu sama kuat atau menyambung yang lemah.Perencanaan kordinasi memaksa luar biasa cepat keahlian managerial.Ini sesungguhnya penerapan paling susah yang memaksa dari sistem pemikiran dan tindakan.
8.         Anggaran Belanja/dana
Anggaran belanja sebagai perencanaan adalah sebuah pernyataan yang dinantikan,hasil diutamakan pada hubungan-hubungan menurut angka.
Perencanaan anggaran belanja sangat mempertimbangkan pada kecermatan,batas dari rincian dan cara-cara membangun anggaran belanja. Banyak anggaran belanja membuat berbeda dengan level-level kemungkinan dari pengeluaran perusahaan,ini disebut anggaran belanja “faktor tak tetap” atau “mudah dibengkokkan”.

BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.
Perencanaan adalah perintah yang berfungsi untuk melakukan eksekusi berjalannya fungsi manajemen. Walaupun perencanaan juga bersifat aksi, tapi juga bisa menunjang tujuan bersama perusahaan. Selain itu perencanaan harus dibuat sebelum fungsi manajemen yang lain. Tentu saja semua fungsi harus juga direncanakan agar berjalan secara efektif.
Perencanaan dan pengawasan tidak bisa dipisahkan. Kegiatan yang tidak direncanakan tidak dapat direncanakan, kontrol mengikuti jalur – jalur yang ada pada perncanaan.
Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan jangka waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka waktu satu tahun. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time frame.
    www.google.com